Minggu, 21 Maret 2010

Novel hasil tugas creative writting.. mudah2an gak jayus yaa.. maklum pemula

The accousticcian


As Safa Prasodjo


ini sebenernya novel bikinan terpaksa gw. hahaha iya terpaksa. soalnya kalo gak bikin ip gw terancam loncat indah. yah, karena ini cuma jiplakan dari versi bukunya yang udah sempat dicetak (alhamdulilah) dua buah, maka agak terlihat aneh. kaya footnote yang adanya didasar post ini. maklum yaa.. tapi boleh narsis di publish di internet (walaupun di blog sendiri). selamat menikmati (kejayusan) novel saya.



SATU

Prolog

Keringat membasahi dahi Dana. Deru nafasnya terdengar keras. Raut mukanya terlihat gelisah. Gerakan tubuhnya pun jadi tidak teratur. Matanya masih terpejam erat. Kemudian terdengar teriakan.

”Heh! Bangun, Dan! Kenapa sih kau??” Teriak Endra dengan nada bataknya yang sudah merasa khawatir melihat keadaan tidur Dana yang dirasa mulai mengancam keselamatan hidupnya jika dibiarkan saja. Lalu Dana terbangun dan hanya mengucapkan sebuah kata ”hah”. Kata ”hah” yang biasa terdengar saat seorang kakek – kakek yang tidak sengaja menginjak kacamatanya sendiri.

”Yah, paling dia lagi mimpi basah.” Sahut Jojo yang melihat keadaan dari jauh.

”Wah! Jangan ngotorin kasur gua dong, Dan! Kacau lo!” Teriak Rey yang merasa kasur di kamarnya sudah harus kembali dicuci.

”Makannya jangan terlalu banyak kau pasang poster wanita dengan busana seperti itu di kamarmu, Rey. Lepas kendali lah mimpi si Dana.” Celetuk Endra.

Semua tertawa dengan keadaan pagi itu. Jojo, Dana, Rey, dan Endra sudah lama bersahabat. Dari mereka SMP sampai sekarang. Walau sekarang mereka sudah kuliah di kampus masing-masing, mereka tetap bersama. Semua karena kesamaan mereka yang sama-sama hobi musik dan kentut. Rey, Endra, dan Dana sudah bersama membentuk grup musik akustik ”Red”. Untungnya mereka tidak membuat perkumpulan remaja pecinta ngupil. Nah, Red kependekan dari nama-nama personelnya. Rey sebagai vokalis, Endra gitaris, dan Dana sebagai basis. Red saat ini sudah cukup sukses karena sudah memiliki label dan management. Sedangkan Jojo adalah gitaris dan backing vocal aditional Red.

Dana sudah mampu bangkit dari tidurnya. Berjalan menjauhi kasur Rey. Memasuki kamar mandi yang juga ada di kamar Rey.

”Ah, udah pasti tuh si Dana mimpi basah. Buktinya dia langsung mandi noh.” Kata si Jojo dengan muka penuh asumsi.

”Wah gawat lah kalau benar begitu. Gua semalaman tidur disebelahnya.” Sahut Endra dengan muka khawatir akan keperjakaannya.

”Hah, yaudah deh. Gue mau tidur bentaran lagi deh. Masih ngantuk!” Kata si Rey sambil lompat keatas kasur tempat mereka berempat tidur.

”Bah! Pemalas kau!” Gerutu Endra. ”Tau nih payah!” Tambah Jojo yang langsung keluar kamar menuju meja makan rumah Rey. Suasana rumah Rey cukup sepi walaupun rumahnya cukup luas. Orang tua Rey lebih sering di luar negri untuk urusan pekerjaan. Keberadaan mereka berempat lah yang merubah suasana yang biasanya lebih mirip kuburan cina menjadi seperti jalan tol semanggi. Rumah Rey secara resmi sudah menjadi markas mereka, dengan Mas Mustangin atau panggilan gaulnya Masteng sang pembantu sebagai asisten tetap. Hari ini mereka menginap karena semalaman latihan untuk tampil diacara musik kampus si Rey dan Endra.

”Eh, Masteng. Bikinin sarapan dong!” Sapa Jojo sambil merayu Masteng.

”Oh! Mas Jojo ngagetin tenan lho! Yowis, tak buatin. Tapi bentar yo. Aku tak apdet Twitterku dulu.” Balas Masteng dengan nada jawanya. “Wah gue kalah gaul nih!”

Ya, Masteng si pembantu jawa tergaul asli Jogjakarta. Tidak hanya Twitter dan Facebook yang sudah dikuasainya. Youtube pun sudah menjadi medianya untuk menunjukan eksistensinya. Yah, walaupun dia cuma sekedar meng-upload video saat dia nyanyi di kamar mandi. Sebenarnya video itu lebih mirip video siluman cicak jerit-jerit dengan logat jawa, daripada video pembantu kebelet gaul yang berusaha menyaingin Delon Idol. Oke, jangan dibayangkan.

”Waduh, enak nih nasi gorengnya Masteng!”

”Siapa ndulu toh?! Masteng gitu loh!”

Tiba-tiba terdengar suara dari kamar Rey. ”Aaaaargh!! Ada bercak! Ternyata ada bercak dikasur guee!!!” Ternyata itu suara Rey yang menyadari kenyataan bahwa si Dana meninggalkan bukti otentik bahwa benar adanya kalo Dana itu mimpi basah, dan Rey dengan sukses telah meniduri bercak tersebut.

Hampir sama seperti itu lah keseharian mereka berempat jika bersama. Berisik, tertawa, banyak tingkah, kentut, dan musik menjadi hal-hal yang biasa menghiasi mereka. Gerombolan mahasiswa bau ini disamping mempunyai banyak kesamaan, mereka mempunyai karakter masing-masing. Here they are..

Rey

Nama aslinya adalah Reni Widjatmoko, karena merasa terlalu feminin jika dipanggil Reni dan terlalu aneh jika dipanggil widjat atau moko, maka dia biasa dipanggil Rey. Rey mempunyai fisik yang paling normal dibanding dengan 3 sahabat lainnya. Badannya tegap, tidak kurus atau gemuk, rambutnya pendek lurus. Mahasiswa jurusan desain dengan IP lumayan. Rey juga teman satu kos Jojo. Suaranya yang bagus dan kemampuannya menciptakan lagu menjadi daya tarik yang kuat untuk menarik gadis-gadis hingga tante-tante. Ya tidak heran lah kalau dia yang ditunjuk menjadi vokalis. Sayang, suara merdunya tidak diimbangin dengan frekuensi kentutnya. Hampir disetiap waktu dia buang angin, dan dia sangat bahagia jika melakukannya. Kebiasaannya ini yang menyebabkan dia mendapat julukan siluman kentut sejati. Contohnya saat dia sedang jajan nasi bungkus di Warteg dekat kos-kosannya bersama Jojo.

”Breeet!!!”

”Wah! Laknat banget lu, Rey, kentut di tempat kaya gini!” Komentar Jojo dibarengi dengan ekspresi pengunjung warteg yang menunjukan ingin segera keluar dari warteg sempit itu.

”Haahahhahaha!” Rey tertawa seperti biasa. ”Eh, Jo, padahal gue nggak makan kangkung kemaren, tapi kok bau kentut gue baunya mirip sayur basi ya?”

”Sakit jiwa lu!” Teriak Jojo sambil memegang hidungnya dibarengin dengan hilangnya pandangan mas Tejo, si penjaga warteg. Ya, mas Tejo segera dibawa ke puskesmas terdekat. Bau belerang yang dihasilkan Rey memang mampu memutuskan beberapa saraf di otak jika dihirup terlalu banyak. Mungkin ini yang menyebabkan Veni, gebetan Rey sekarang, menjadi sering amnesia tiba-tiba.

Jojo

Remaja yang satu ini yang paling susah diterka. Kadang dia bisa menjadi orang yang bijak menasehati sahabat-sahabatnya dengan kata-kata mutiara yang sangat tidak mungkin diucapkan oleh mahasiswa yang otaknya setingkat dengan kuda nil laut. Kadang dia juga bisa menjadi orang yang paling tidak waras dengan tingkahnya yang lebih mirip pesut sirkus untuk sekedar menghibur sahabat-sahabatnya karena badannya yang tambun.

Hobinya adalah wisata kuliner, hampir segala makanan dari yang berkelas sampai yang bentuknya tidak seperti makanan manusia pernah dia cicipi. Yah, tidak heran lah kalau badannya lumayan lebar.

Meski badannya yang paling berat diantara yang lainnya, Jojo terlihat tidak terlalu gemuk karena badannya yang juga cukup tinggi. Parasnya jadi lebih mirip siluman raksasa pemakan anak kecil. Wajahnya yang terkesan arab karena jenggotnya yang cukup terpelihara rapih dan jambang yang spiral karena rambutnya yang ikal. Sebagai aditional Red, dia memendam keinginan untuk menjadi anggota tetap, meski kemampuan bergitarnya tidak semahir Endra dan kualitas suaranya dalam mengisi backing vocal Red tidak semerdu Rey. Jojo sangat ingin bersama sahabat-sahabatnya kapan pun termasuk dalam bermusik.

Kebiasaan buruknya adalah suka tiba-tiba menghilang, termasuk laki-laki yang misterius. Idealis, humoris, dan mistis sudah jadi ciri khasnya. Sifatnya yang unik atau lebih kearah aneh itu yang menyebabkan dia jarang dekat dengan wanita, padahal tampangnya sih lumayan. Satu-satunya wanita yang membuat dia tergila-gila cuma vokalis band Kotak, Tantri. Rey, Endra, dan Dana sudah berusaha menyadarkan kalau Tantri itu selebritis, nggak mungkin pacaran dengan makhluk yang sebelas dua belas sama batu kali gede deket gunung merapi. Sifat misteriusnya juga sampai terlihat dari cara dia buang angin. Tanpa suara dan mematikan. Oh iya, satu lagi. Nama aslinya Djoko Santoso.

Endra

Robertino Rendra Sidabutar nama lengkapnya. Nama yang cukup ”bule”, berbanding terbalik dengan mukanya yang sangat batak. Marga sidabutar[1] yang disandangnya sedikit kurang pantas dengan kualitas hidup si Endra yang untuk makan tiga kali sehari aja masih jarang-jarang. Ditambah dengan daya pikirnya yang setingkat dengan sejenis molusca[2]. Tubuhnya yang kurus dan pendek, juga menjadi alasan kenapa remaja batak labil yang satu ini sering ditindas teman-temannya. Endra sudah merantau ke Pulau Jawa sejak SMP, tapi logat bataknya masih sering terasa.

Disamping semua itu, kemahirannya bermain gitar sudah dapat diakui. Julukannya ”Si Dewa Gitar dari Samosir”. Yah, sebenarnya itu julukan yang dia buat sendiri. Karismanya juga hanya keluar saat bermain gitar diatas panggung, setelah turun dari panggung ya kembali jadi objek derita. Mungkin Endra adalah orang yang paling sering menghirup kentut Rey dan Jojo. Itu juga yang mungkin menjadi penyebab kemunduran kinerja otaknya akhir-akhir ini.

Dana

Lucky Pradana, nah makhluk yang satu ini lah yang otaknya paling manusiawi. Ip-nya selalu diatas 3, ramah, suka membantu, dan tidak congkak. Mahir bermain alat musik. Gitar, drum, pianika, suling, angklung, sampai gendang dia bisa. Tapi yang paling menonjol saat dia bermain bass .Tapi pikirannya masih polos dan otaknya sering lemot, mungkin karena terlalu banyak dipakai menghafal materi-materi kuliah sehingga kecepatan sarafnya berkurang. Dana termasuk remaja yang baru tahu kalau manusia itu tidak membelahdiri tetapi melahirkan saat kelas tiga SMP. Tepatnya saat pelajaran reproduksi manusia. Dan debut nonton video ”bokep” pertamanya saat kuliah semester satu. Itu pun setelah dipaksa Rey, Endra, dan Jojo. Hasilnya? Endra langsung kena tipes besoknya.

Tubuhnya cukup tinggi, tapi kurus. Lebih mirip pensil yang baru diraut. Apalagi dengan rambutnya yang mohawk menambah kesan ”pensil”. Hidungnya yang cukup lebar dan mancung sangat boros dalam menghirup udara. Dengan hidung yang sebesar itu dia mampu membuat orang yang berada terlalu dekat dengannya kekurangan oksigen. Namun kelemahannya adalah dia menjadi terlalu peka dengan aroma-aroma kentut Rey dan Jojo, dan tidak jarang Dana menjadi orang yang pingsan paling pertama jika Rey sudah buang angin dengan performa terbaik.

Dengan fisik seperti itu malah Dana yang paling pertama melepas kejombloannya setelah SMA dibanding sahabat-sahabatnya. Nama pacarnya Putih[3]. Untungnya memang kulitnya berwarna putih. Mungkin jika warna kulitnya hijau namanya juga akan berubah menjadi Hijau.

DUA

Cafe Linggos

Jam sudah menunjukan jam 7 malam. Lokasi di daerah Kemang, Cafe Linggos. Tempat yang paling ”eksis” saat ini. Cafe yang cukup besar dengan dekorasi seperti di rumah-rumah koboi mewah. Suasana sudah lumayan ramai. Muda-mudi berpasang-pasangan menikmati malam minggu. Dan di meja bundar pojokan cafe sudah terlihat empat remaja yang terlihat kurang kasih sayang sedang duduk menyantap minuman masing-masing.

”Gimana? You semua udah siap? Ini untuk promosi juga. Kalo you semua main bagus produser bersedia launching album Red. Yang maksimal jadinya ntar ya.” Kata Mas Bary manager Red yang memang diragukan orientasi seksualnya.

”Oke mas, kita udah siap.” Jawab Rey.

”Sipoo!!!” Kata Mas Bary sambil mengelus dagu masing-masing personel.

”Keparat! Ku makan kau banci berani sekali lagi kau sentuh daguku!” Endra marah-marah. Dibarengi dengan mimik males Rey dan Jojo. Dana? Sudah pingsan.

***

Rey dan Endra sudah siap di panggung yang cukup megah di tengah Cafe Linggos. Dengan panggung berukuran sekitar 5 x 4 meter dan tinggi setara tiga anak tangga sudah cukup untuk membuat Red terlihat megah. Sedangkan Jojo masih membantu Dana mencapai kesadarannya yang sempurna setelah di lecehkan Mas Bary.

”Okey! Buat anak gaul Linggos! Jangan kemana-mana dulu ya! Setelah ini ada live music dari Red and The Accusticcian!! Wuw!” ucap MC malam itu.

“Siap nih ya?” Rey memimpin.

“SIP!!!” Sahut Jojo mewakili yang lain sambil menampar Dana yang masih sedikit kurang sadar.

”Yak kita sambut Red and The Accustician!!”

Suara gitar Endra mulai terdengar. “Selamat malam semuanya.” Sambut Rey.

Lirik lagu mulai dinyanyikan Rey.

Well you done done me and you bet I felt it

I tried to be chill but you're so hot that I melted

I fell right through the cracks

And now I'm trying to get back

Before the cool done run out

I'll be giving it my bestest

Nothing's going to stop me but divine intervention

I reckon it's again my turn to win some or learn some

I won't hesitate no more, no more

It cannot wait, I'm yours...

Endra dan Dana bahu-membahu memainkan Gitar dan Bassnya. Jojo mencoba membantu dengan irama gitarnya dan sesekali membantu Rey mengisi suara.

Veni sang gadis pujaan Rey terlihat di kursi paling depan. Tersenyum kepada Rey. Sesaat Rey terlihat gugup. Hidungnya megap-megap[4]. Tapi kemudian dia bisa kembali menguasai dirinya. Menyelesaikan lagu pembukanya. Red terus melanjutkan penampilannya, selanjutnya mereka menyanyikan lagu-lagu ciptaan mereka sendiri. Hingga lagu terakhir menjadi lagu andalan Rey.

”Satu lagu terakhir mau gue nyanyiin buat seseorang yang duduk di depan gue persis.”

”Aduh Rey....”

”Bukan, bukan buat Mas Bary ya.” Buru-buru Rey meralat setelah melihat ekspresi Mas Bary yang mulai menunjukan gejala-gejala tidak enak.

”Tapi buat Veni.”

Veni terkejut, mukanya memerah.

”Eh, si Rey nembak Veni nih?” Bisik Jojo ke Endra. ”Mana lah aku tau”

”Eh, Mas Bary nangis tuh” Dana nimbrung diluar konteks.

Kemudian lagu dimulai. Rey menyanyikan penuh penghayatan.

Tak akan kubiarkan insan lain mencuri hatimu

Terlalu indah dirimu untuk ku tinggalkan

Ku merasa tenang bila kau tersenyum

Tak akan kubiarkan rasa ini menghilang

Aku cinta padamu terlalu sayang padamu

Tak akan habis semua kisah cintaku padamu

Aku cinta padamu terlalu merindukanmu

Kan ku abadikan cinta kita dalam mata hatimu

Sungguhku merasakan cinta yang dalam yang terisyaratkan dari wajahmu

Hadirkan berjuta bahagia yang tercipta dari hatimu

Karena kau satu-satunya bintang yang terindah untuku.. oh dengarlah..

Aku cinta padamu terlalu sayang padamu

Tak akan habis semua kisah cintaku padamu

Aku cinta padamu terlalu merindukanmu

Kan ku abadikan cinta kita dalam mata hatimu

Rey menyatakan cintanya di depan umum. Veni menerima cinta Rey. Jojo dan Endra tersenyum dan menyelamati Rey penuh bahagia. Dana masih bingung apa yang terjadi.

***

Semua berkumpul di meja VIP dekat panggung. Acara sudah usai. Personel Red berkumpul bersama Veni pacar baru Rey.

”Tadi bagus banget ya kalian. Saya ucapkan selamat. Untuk kontrak album nanti tinggal diurus si Bary.” Ucap Pak Bostaf[5] orang yang siap memproduseri Red.

”Wah bener nih, pak?” Rey mencoba mengkonfirmasi.

”Pasti dong, Rey! Masa saya bohong?” Jawab Pak Bostaf dibarengi dengan pelukan mesra Dana dan Endra.

”Terus apa Jojo bisa masuk, Pak?” Rey memberikan pertanyaan yang ditunggu-tunggu Jojo.

”Hmm... mainnya tadi bagus. Tapi saya nggak setuju ada backing vocal kaya gitu.”

”Loh? Bukannya jadi bagus, Pak?” Dana menyela.

”Emang bagus, tapi lebih mending lagi kalo kamu, Jo, jadi vocalis juga sekali-sekali gantian sama Rey.”

”Jadi?” Rey dan Dana serempak bertanya. Ketiak Jojo sudah basah tegang.

”Bertel-tele kali lah. Ku makan lama-lama kalau tak segera dijawabnya.” Endra menggerutu.

”Iya jadi diterima lah. Suaranya bagus kok. Jadi kalian harus lebih kreatif dengan 2 vokalis ini.”

Jojo langsung memeluk erat Dana, Endra dan Rey tersenyum melihat Jojo senang. Akhirnya Jojo resmi tidak pengangguran. Dana? Sudah mulai lemas dipelukan Jojo yang terlalu erat.

”Tapi nanti saya akan mencoba memasukan satu personel lagi. Mungkin jika ditambah seorang keyboardist bisa lebih bagus.” Tambah Pak Bostaf sambil memainkan kumisnya yang terlihat lebih pantas disebut semak-semak mini dibanding hanya sekedar kumis. ”Itu terserah bapak saja. Yang penting berkualitas orangnya.” Jawab Rey.

Pak Bostaf pamit pulang. Rey, Veni, Endra, Dana , dan Jojo merayakan kesenangannya bersama.

”Bah! Si Rey yang paling enak! Dapat lah dia wanita baru. Ibarat pribahasa, sambil mendayung minum air lah dia.” Endra berkomentar.

”Eh, Taplak. Dimana-mana tuh Sekali menyelam dua tiga pulau terlampaui!” Celetuk Jojo.

”Sakit otak lah kalian berdua.” Rey menimpali. Semuanya tertawa. Akhirnya semuanya bergegas keluar Cafe menuju mobil Panther Merah Jojo. Rey yang menyupir mobil kali ini karena dia harus mengantar Veni pulang ke kosnya[6]. Veni berada disebelahnya tersenyum mesra melihat pacar barunya yang sedang mengemudi.

”Gini nih, malah mesra-mesraan di mobil gua. Bikin iri. bensin lu yang tanggung Rey!”

”Yaelah iyee daah bos!”

”Eh, ngomong-ngomong Mas Bary kemana tuh tadi?” Dana merubah konteks.

”Lo sih, Rey. Patah hati deh tuh keong racun. Gitu-gitu menejer kita tuh!” Kata Jojo. Semua tertawa lagi.

”Eh, siapa nih yang kentut?” Endra menyadari bau busuk mematikan di mobil. Dana pingsan lagi.

TIGA

New Guys, New Formation.

Tepat 2 hari setelah terbentuknya formasi baru Red and The Accusticcian, semua berkumpul kembali di kantor Pak Bostaf.

“Keparat lah ini. Pagi-pagi gini sudah harus berkumpul.” Endra menggerutu.

”Sabar aja kali. Yang penting kita nanti dapet kontrak, reilis album, terkenal, kaya, punya istri, punya anak, masuk surga deh.” Kata Jojo sambil meneteskan air liur saat menyebutkan khayalannya saat mempunyai istri.

”Kejauhan lo mikirnya, Jo.” Dana dengan lembut mengingatkan Jojo untuk kembali ke kenyataan.

”Oh iya iya.”

”Eh , tuh dia si bapak-bapak berkumis kronis.” Rey menyela pembicaraan saat melihat Pak Bostaf datang.

”Oke, semuanya sudah kumpul ya? Ini saya perkenalkan keyboardist baru kalian nih.”

”Hai, semuanya. Gue Rangga.” Rangga memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya ke Rey, Endra, Dana, dan Jojo. Jojo menahan diri untuk bertanya kepada Rangga ”dimana si cinta?”.

Rangga terlihat ramah. Rambutnya rapih dengan sisiran belah pinggir mirip Afgan. Badannya gagah. Wajahnya pun cukup tampan. ”Wah, si keong racun bisa lepas nih nafsunya liat si Rangga.” Celetuk Rey. Tentu saja seseorang yang disamarkan namanya dengan sebutan keong racun itu adalah Mas Bary. ”Takut kehilangan penggemar utama ya lu, Rey?” Dana dan Endra tertawa dibarengi dengan mimik ”males” Rey dan ketawa garing Rangga. Pak Bostaf juga ikut tertawa walaupun dia tidak mengarti topik yang dibicarakan adalah si bencong Mas Bary bukan tentang makanan seafood.

”Kalian langsung latihan aja ke studio. Supaya bisa kenalan lebih dekat lagi.”

”Siap! Komandan!” Ucap Endra lantang. Menjadi tentara adalah impian masa kecil Endra.

Studio Melodi Cinta, nama studio yang ada di kantor Pak Bostaf. Studio yang namanya terdengar seperti album dangdut yang di dalamnya terdapat kondom gratis. Tapi disamping namanya yang cukup mengganggu telinga, studio tersebut cukup lengkap. Banyak musisi besar yang pernah berlatih disana. Sekarang giliran Red dan Rangga personil barunya berlatih. ”Oke siap ya semua. Kita coba main sama Rangga sekarang. Lo udah denger lagu-lagu kita kan?” Kata Rey. ”Iya, gue udah denger semua. Langsung aja dicoba guys.”

Seperti biasa petikan gitar Endra yang mengawali lagu. Irama Bass dan gitar Dana dan Jojo terasa lebih enak didengar dengan suara piano yang dimainkan Rangga. Rey bernyanyi dengan nyaman. Rangga menunjukan beberapa skillnya. Semua terlihat puas dengan permainan Rangga.

Hari-hari selanjutnya mereka semakin kompak. Kegiatan manggung menjadi lebih sering. Red juga menjadi lebih cepat menyelesaikan aransemen lagu yang akan melengkapi album baru mereka.

***

”Haduh, gile capek banget nih gua akhir-akhir ini. Jadwal full terus.” Rey mengeluh setelah manggung untuk kedua kalinya di Cafe Linggos.

”Tapi ini kan juga demi masa depan kamu yank.” Veni mencoba menghibur. ”Lagian hari ini kamu makin keren deh nyanyinya, yag lainnya juga jadi makin keren.” Tambahnya.

”Eh, kita tumben nih bisa lengkap semua sekarang. Bisa dateng nonton semua.”

”Iya, bener juga lu, Jo. Tumben ya.”

”Tapi ya yang paling tidak enak ya aku dan Jojo lah. Menegeces aku dibuat kalian. Pacar tak punya.” Celetuk Endra. Jojo pun manggut-manggut setuju. Semua pun tertawa mendengar celetukan Endra dan ekspresi setuju Jojo. Rey bersama Veni sudah terlihat semakin mesra, Dana juga sudah mulai sering mengajak Putih untuk berkencan dan melihat dia manggung, Rangga pun seperti tidak mau kalah, dia langsung pamit untuk mengantar pacarnya Dewi pulang setelah membereskan peralatannya karena tidak mau pacarnya pulang terlalu malam, dan Jojo? Hanya pasrah yang ada dihadapannya Cuma seekor siluman cenceorang hijau dari sumatra. Endra.

”Endra, daripada kita dibuat semakin iri. Bagaimana kalau kita pacaran saja?” Rayu Jojo kepada Endra dengan gaya jari telunjuk digigit khas Mas Bary. ”Sinting kau!!”

EMPAT

Warung Padang I’m in Love!

cinta kemana aku harus mencari

bagian diriku yang telah hilang

telah membeku

seperti tak bersisa

cinta apakah aku harus tetap mencari

semua yang seharusnya kuberikan

kupersembahkan kepada yang tercinta..

Suara di mp3 player Jojo terdengat keras. Dia datang ke kampus terlalu pagi. Dia mematikan mp3nya. Menikmati pagi. Pagi yang terlihat biasa. Suasana yang juga terlihat biasa. Hanya rutinitas, rutinitas, dan rutinitas. Jojo mulai merasakan kebosanannya. Duduk terdiam sendiri di bangku tempat warung nasi padang paling nggak laku di kampusnya untuk mencari suasana baru. Nama warungnya adalah ”Warung Nasi Padang Semoga Lekas Sembuh”. Dari namanya saja sudah sedikit menjelaskan sedikit alasan mengapa warung ini kurang laku.

”Mas, nggak mau mesen makan aja?” Tanya si bapak botak penjaga warung.

”Iya nanti saya beli.”

”Nggak sekarang aja, Mas?”

”Iya saya mau duduk sebentar dulu ya, Pak.”

”Sekarang aja deh.”

”Pantesan nggak laku.” Jojo ngedumel. ”Ya udah, pesen Es Teh Manis dulu deh.”

”Tehnya teh celup apa teh yang tradisional, Mas?”

”Wah, disini emang tehnya ada yang tradisional gitu, Pak? Boleh tuh dicoba.”

”Oh, ya nggak ada, Mas. Adanya yang biasa aja. Hehe” Pak Botak nyengir yang dibarengi raut muka sinis Jojo.

”Yaudah, yang teh celup biasa aja deh, Pak.”

”Waduh itu juga lagi abis, Mas.”

”Oh...” Nada Oh yang biasa didengar saat seorang suami memergoki istrinya selingkuh di sebuah kamar hotel dan sang suami bersiap mencekik mati istri dan selingkuhannya[7].

”Yaudah air putih deh! Sama perkedel dulu satu tuh!”

”Nah, dari tadi dong gitu, Mas. Hehe.”

Sambil menikmati sarapan pagi anehnya itu Jojo kembali kedalam kejenuhannya. Tiba-tiba terlihat seseorang yang juga khilaf mampir ke warung padang laknat itu. Ternyata itu Tita seniornya yang cukup untuk membuat es teh tawar menjadi manis dengan hanya melihat wajahnya. Tapi Jojo tidak terlalu menghiraukan Tita, dia masih asik dengan perkedel dan lamunan kejenuhannya.

Tita mengeluarkan laptopnya sambil memesan satu porsi nasi padang lengkap dengan air putih. Tanpa sadar Jojo memperhatikan Tita dengan seksama. Melihat ekspresi[8] seriusnya. Memperhatikan rambut panjangnya yang digerai. Menyimak cara bicaranya yang cukup tegas.

”Ada yang manis juga senior disini.” Jojo berbicara dengan dirinya sendiri.

”Ada apa ya? Ada yang salah dengan gue?” Tiba-tiba Tita menatap Jojo curiga.

”Ah! Itu! Itu gelas air putihnya bagus ya punya lu! Haha! Unik!” Jawab Jojo sekenanya.

”Gelas air putih kita kan sama. Iya kan?” Tita mengutarakan statement mengintimidasi. Saat ini lah wanita membuktikan bahwa dia lebih berkuasa dari laki-laki.

”Oh! Oh iya! Iya ya? Hahaha! Eh, Pak Botak! Saya mau bayar, Pak.”

Jojo langsung pergi menyelamatkan harga dirinya. Meninggalkan Tita dan Pak Botak dengan raut muka bingung. Tanpa sadar Jojo sudah menyukai Tita. Yah, sayangnya dengan first impresion yang buruk.

”Pak, itu tadi siapa?” Tanya Tita bingung.

”Wah, nggak tau, Mba. Tiba-tiba dateng pesen teh tradisional. Aneh, Mba. Hati-hati lho. Itu mukanya mirip penjahat gitu.” Kata Pak Botak penuh asumsi.

LIMA

Rangga

Rangga semakin akrab dengan personil Red. Kebetulan Rangga menjadi yang paling tua diantara mereka. Karismanya cukup terasa, terlihat dari pengalamannya. Tapi lelaki yang mukanya memang sedikit lebih diatas yang lain kualitasnya ini cukup mata duitan. Seperti datang sangat cepat saat pemberian uang hasil manggung, sangat cepat menemukan job manggung untuk Red yang menghasilkan uang banyak, dan sering menumpang makan di rumah Rey. Yah, mungkin selain mata duitan kronis, makhluk yang satu ini juga mengidap penyakit nggak modal stadium 3. Dewi pacarnya pun mungkin bisa menjadi lebih kurus melihat gaya pacaran yang super hemat ala Rangga. Memang muka bagus belum tentu kelakuan sempurna.

Sore hari ini mereka berlima bersantai di depan studio Melodi Cinta milik Pak Bostaf.

”Eh, libur dulu yok berapa hari gitu. Gue agak kurang selera nih akhir-akhir ini.” Kata Jojo.

”Makannya cari pacaaaaar.” Semua berkata serempak. ”Atau jadi homo aja kaya Endra.” Celetuk Rey. ”Tai kau! Gua masih suka dengan wanita.” Semua tertawa.

”Yaudah, kita jalan aja. Nonton bareng sekarang. Mumpung lagi disini semua.” ajak Rangga.

”Wah asik juga tuh!” Dana menyetujui.

”Gue nggak ikut ya. Lagi nggak mood.” kata Jojo sambil menampilkan muka malasnya yang mirip om-om di Blok M.

”Gue juga deh. Mau ada acara nih gue. Sori ya.” Rey juga menolak.

”Ya udah. Kita bertiga aja deh ya.” ujar Rangga kepada Endra dan Dana. ”Ajak si Putih aja sekalian, Dan.” Rangga mengusulkan.

”Ajak si Dewi juga aja, Ngga.” Dana juga mengusulkan. ”Jadi lah aku setan diantara pasangan-pasangan nanti” Kata Endra.

”Hahaha. Nggak lah. Lagian Dewi kayanya nggak bisa pergi hari ini.” kata Rangga.

***

Malam itu Rangga, Endra, Dana, dan Putih menghabiskan waktu bersama sambil menonton film horor ala Indonesia. ya, film porno berkedok horor.

”Kenapa lo, Ndra? Pasti langsung horni deh liat Julia Perez gitu.” ujar Dana.

”Ah, sok tau lah kau! Sudah lah. Gua ke toilet sebentar ya.”

”Tuh kan bener. Langsung praktek lah si Endra.” Rangga nyeletuk. ”Hahaha. Bisa aja lo Rangga.” Putih tertawa sambil memukul kecil bahu Rangga.

”Jangan deket-deket dong sama si Rangga. Mentang-mentang dia ganteng.” Dana menggoda dengan nada cemburu. ”Aku kan bercanda doang! Ih!” Putih menyanggah dan langsung pergi menjauh.

”Aduh, lagi dapet kaya deh tuh anak.” Dana mengeluh. ”Wah, sori banget nih, Dan.” Rangga merasa tidak enak. ”Santai aja, udah biasa kok. Gimana ngadepinnya ya? Keseringan nih penyakit marah-marahnya sama gua. Lo kan lebih tua dan berpengalaman. Hehe.”

”Yang jelas sekarang ya lo kejar dulu begoo.” Rangga langsung menjawab.

”Wah ada apa nih?” Endra baru kembali dari kegiatan rahasianya di toilet dengan tampang cengengesan yang lebih mirip tapir laut daripada manusia.

”Ada sinetron cinta fitri episode terakhir. Tapi udah bersambung lagi nanti ke season berikutnya.” Rangga menjawab sekenanya.

”Hah?”

ENAM

Tita

Warung Padang Semoga Lekas Sembuh. Nama yang cukup panjang untuk disebutkan dan cukup sulit jika dimasukan ke dalam percakapan. Perhatikan percakapan Jojo dengan temannya yang bernama Seno.

Seno : mau makan dimana lu, Jo?

Jojo : di Warung Padang Semoga Lekas Sembuh.

Seno : itu warung padang apa klinik bersalin??

Jojo : Ya warung padang lah! Lagian kalo klinik bersalin mah namanya bukan semoga lekas sembuh! Semoga cepat lahir!

Seno : oh iya! Jenius lu, Jo!

Jojo : lu yang bego, bukan gue yang jenius.

Dapat dilihat dari sample percakapan tersebut, Jojo menyimpulkan akan menyebut Warung Padang Semoga Lekas Sembuh menjadi Warung Padang SLS! Ya, cukup mudah dan terkesan lebih gaul. Pak Botak sang penghuni warung pun senang dengan pendapat Jojo.

Pagi ini Jojo kembali makan di Warung Padang SLS. Dia terlihat lebih akrab dengan Pak Botak setelah berhasil menemukan nama yang tepat untuk warungnya tanpa merubah maknanya. Jojo juga akhir-akhir ini menjadi lebih sering sarapan di warung Pak Botak.

”Pak, lagian kenapa namanya harus ”semoga lekas sembuh” sih?” Tanya Jojo.

”Oh itu. Ceritanya panjang, Jo.” jawab Pak Botak serius.

”Wah kayanya seru nih! Cerita aja, Pak! Saya masuk kuliah masih lama kok.”

”Oke, jadi ini nama yang diberikan mantan istri saya dulu. Katanya saya otaknya lemah dan dia berteriak semoga lekas sembuh! Saat dia meminta cerai dengan saya. Supaya saya sembuh dari otak saya yang lemah.” cerita Pak Botak serius.

”Panjang ya, Pak?” tanya Jojo dengan muka sinis mempertanyakan dimana letak panjangnya isi cerita Pak Botak.

”Oh itu kurang panjang ya?” Pak Botak berkilah dibarengi mimik Jojo yang seperti merasa tidak heran kalau Pak Botak diminta cerai oleh istrinya dulu.

Disamping percakapan itu Jojo sebenarnya menunggu seseorang. Seseorang yang terus terus terngiang wajahnya akhir-akhir ini. Lebih terngiang dari saat pertama kali Jojo melihat keanehan wujud Endra dulu saat SMP. Seseorang yang menjadi alasan mengapa Jojo rela bergaul dengan makhluk yang lebih mirip jin Bagdad dan tingkat intelektualnya sama dengan sebuah kacang goreng.

”Pak, inget sama cewek yang biasanya makan disini juga nggak?” tanya Jojo.

”Yang mana ya?”

”Yang biasa bawa laptop juga.”

”Yang itu maksudnya?” Pak Botak menunjuk kearah makhluk manis yang sedang berjalan menuju ke warung tersebut.

”Oooh..!” Jojo mengeluarkan kata oh yang biasa didengar saat seseorang baru saja berpapasan dengan Dian Sastro.

”Ooooh...” Pak Botak mengeluarkan kata oh yang biasa didengar saat seorang anak tidak sengaja memergoki orangtuanya sedang melakukan hubungan intim.

”Emang cakep bener deh. Tantri bisa lewat deh. Kali ini gue harus kenalan.” Jojo membandingkan Tita dengan idolanya sambil menyakinkan dirinya dalam hati untuk segera berkenalan.

Tita duduk tidak jauh dari tempat duduk Jojo. Dia memesan makanan yang biasa dipesannya. Pak Botak mengantarkan pesanannya sambil melirik kearah Jojo dengan gaya menggoda Jojo untuk segera berkenalan.

”Oke siapkan mental!” Jojo berteriak dalam hati. Dia bergerak menuju tempat Tita duduk. Lututnya sudah lumayan lemas walaupun semangat yang dikumpulkannya sudah maksimal. Pak Botak ikut tegang melihat adegan ini.

”Hai, Tita ya? Masih ingat gua?” Jojo menyapa duluan. Tita hanya menatap tajam kearah Jojo. Matanya tajam, seperti hendak membaca isi pikiran Jojo.

”Oke, lebih dari 5 detik lagi gue dicuekin, lebih baik gue loncat dari jembatan, hanyut terbawa arus sungai, dan dimakan buaya putih mentah-mentah.” Jojo ngedumel didalam hati.

”Oh, kamu cowok aneh yang waktu itu tiba-tiba malah ngebahas betapa bagus dan uniknya gelas ini ya?” ujar Tita sambil menunjukan gelas yang ditunjuk Jojo saat pertamak kali bertemu.

”Hahaha, ternyata masih inget ya sama gue.”

”Terus tau dari mana nama gue Tita?”

”Siapa yang nggak tau nama cewek yang hampir tiap pagi sarapan di depan gue bawa-bawa laptop terus pasang tampang serius pas ngebuka laptop seakan-akan data yang ada di laptop lu itu adalah dokumen milik negara yang jika sampai bocor ke tangan yang tidak bertanggungjawab dapat menyebabkan perang dunia persilatan yang ke empat.” kata Jojo.

”Hahaha. Kocak juga, Jo.”

”Hah? Kok tau tau nama gua??”

”Sering manggung di Linggos Cafe kan? Keren juga bandnya. Red apa namanya tuh?”

”Ah iya. Makasih. Red an The Accusticcian.” Jawab Jojo dengan terperangah yang menyebabkan wajahnya lebih mirip biri-biri ketimbang manusia karena pengetahuan Tita akan dirinya ternyata tidak hanya sekedar makhluk aneh pengagum gelas tempo hari.

Jojo kembali menemukan gairah hidupnya. Tidak dapat dia sangka, ternyata dia mendapatkan gairah hidupnya di tempat paling nista di kampusnya.

TUJUH

Seorang Saksi

Rey berdiri di depan studio 5 bioskop tempat dia biasa berkencan dengan Veni. Kali ini dia baru saja menonton film ”New Moon”. Film yang lebih mirip sinetron Angling Dharma dengan adegan-adegan khasnya, yaitu melompat-lompat diantara pepohonan dan berkelahi. Rey sedang menunggu Veni yang sedang berada di toilet. Sudah 3 bulan mereka berpacaran dan mulai terlihat lah sifat asli dari Veni. Dibalik sifat manisnya dia ternyata juga seorang drama queen. Dapat dengan mudah menangis sambil menjerit dengan keras yang dapat menyebabkan telinga Rey mengalami kebudegan dini jika Rey lupa dengan janjinya. Walaupun hanya janji akan bermain The Sims bareng di rumah Veni. Tiba-tiba dia melihat Putih.

”Putih! Ngapain lu?” Rey spontan menyapa.

”Eh, Rey. Lagi nonton aja.”

”Lho sendirian?”

”Oh, nggak...eh gue pergi dulu ya. Buru-buru” Putih menjawab dengan gugup dan langsung pergi.

”Tuh kaaaan!! Ditinggal sebentar udah sama cewe lain!” tiba-tiba Veni datang. “Aku mau pulang sendiri kalo gitu!”

“Eeeh sayaang, jangan gitu dong. Tadi itu si Putih pacarnya Dana. Cuma nyapa doang kok.”jawab Rey ramah.

“Ah aku nggak liat Putih tadi. Bohong kamu.”

“Ya tadi dia buru-buru katanya.”

”Ah, bohooong!!” Veni berteriak ditempat itu juga dibarengi dengan keinginan Rey untuk membenturkan kepalanya hingga pingsan.

”Nggak sayang. Ya udah yuk kita ke mobil. Nanti kita main The Sims lagi di rumah kamu ya.” Rey mencoba menenangkan Veni.

”Bener ya??”

Rey mengangguk dan segera menuju mobil. Tangannya menggandeng tangan Veni. Masih mencoba menenangkan Veni yang penyakit drama queennya mulai terlihat. Tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi. Ternyata dari Dewi.

”Halo, Rey.” Dewi berbicara dengan nada sedikit sendu.

”Iya, kenapa?”

”Liat Rangga nggak? Dia latihan band nggak?”

”Hah, nggak kok. Hari ini juga nggak lagi ada latihan. Ada apa emang?”

”Gue lagi berantem terus nih sama Rangga. Dia tiba-tiba aneh akhir-akhir ini. Hari ini dia tiba-tiba ilang gitu aja.”

”Oh gitu. Ya udah nanti kalo ada apa-apa dikabarin deh ya.”

”Hmm.. Oke deh Rey. Makasih ya.”

”Siapa yank?” tiba-tiba Veni bertanya.

”Hah? Oh, itu si mamah nanyain lagi dimana.” jawab Rey berhati-hati. Karena berbahaya jika Veni tau kalau yang telepon tadi adalah Dewi.

Saat di dalam mobil Veni sudah kembali jinak. Rey sudah dapat mengendalikan wanita yang dicintainya. ”Nanti jadi ya main The Sims!” Veni ingin memastikan. “Iya iya.” Jawab Rey. “Heran gue kenapa gue bisa suka terus jatuh cinta sama wanita psikopat penggila game rumah-rumahan.” keluh Rey dalam hati.

”Eh, itu kan mobilnya Rangga. Lagi sama siapa tuh cewe disampingnya. Pasti Dewi deh. Tuh yank, mesra dong kaya mereka.” Rey terkejut melihat pemandangan itu. Yang jelas dia tahu wanita yang dimobil itu bukan Dewi.

DELAPAN

Quality Confersation between Tapir and Biri-Biri

”Bah! Kau sudah dapat wanita??” Endra terkejut mendengar Jojo yang mulai mendekati Tita. ”Terus bagaimana dengan Tantri, hah? Hahaha.”

”Tantri kan cuma idola, Ndra. Beda dong sama Tita.” jawab Jojo.

”Yah, setidaknya ini lebih realistis lah dari pada yang sebelum-sebelumnya. Dian Sastro lah, Mariana Renata lah, sampai yang kemarin itu si Tantri. Selalu saja kau mengejar selebritis. Ngaca kau!”

”Iyee iyee. Terus lo gimana. Akhirnya mau jadi homo aja gara-gara nggak laku-laku?”

”Gila kau! Aku juga sudah ada calon. Mana ada yang tak mau dengan Pangeran Samosir macamku ini lah! Hahaha.”

”Siapa? Siapa?”

”Besok juga kau akan tau. akan ku nyatakan cintaku ni lah.”

”Wah, nggak bilang-bilang lu tiba-tiba udah mau nembak aja.”

”Tidit-tidit” suara telepon genggam Jojo dan Endra bunyi bersamaan. ”Aduh si Rangga lagi nih main langsung setujuin manggung. Pasti gara-gara duitnya gede deh.” Jojo mulai sewot dengan Rangga.

”Hah, tapi maksudnya kan mungkin baik lah. Buat prospek kita ke depan. Apa lagi kita akan launching album.”

”Yah, mudah-mudahan emang jadi baik buat kedepannya deh ya.”

Perbincangan antara dua manusia yang terlihat seperti tapir dan biri-biri hutan jika dilihat dari jauh ini semakin dalam. Saling bercerita tentang wanita masing-masing. Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk pundak Jojo.

”JO!!”

”Eh, kuda lompat!” Jojo latah. Dilihat Tita sudah ada dibelakangnya. Lutut Jojo kembali lemas. Sistem kelenjar hiposintesis[9] dalam perutnya tidak berfungsi dengan baik. Semua karena kehadiran Tita yang terlalu tiba-tiba.

”Akhir minggu ini Red jadi manggung lagi kan di Linggos?” tanya Tita dengan ceria.

”Oh. Ya jelas dong. Eh, kenalin ini gitaris gue. Endra.”

”Hai” Endra menyapa yang dibalas senyuman Tita.

”Hai juga. Oh, jadi ini yang sering dibilang mirip biri-biri ya sama lu?” Tita tertawa dibarengi tatapan yang berarti ”akan kubunuh perlahan kau nanti!” kepada Jojo.

”Eh? Oh iya. Hahaha.”

”Mmm. Yaudah gue cabut duluan ya. Udah mau masuk kuliah nih.” Tita pamit.

”Iya nggak apa-apa.” jawab Jojo dan Endra.

Tita pergi menjauh. Jojo tetap terpaku melihat Tita dari belakang. ”Manis juga, Jo. Tapi berani kau sebut-sebut aku mirip biri-biri lagi, tak segan lah kau ku lempar ke jurang.”

”Hahaha. Oke oke.”

SEMBILAN

Back to Basecamp

Kembali ke basecamp Red. Rumah Rey beserta asistennya, Masteng. Semua sedang berkumpul untuk membuat satu lagu tambahan buat dialbum Red nanti.

”Eh, gue ada satu lagu nih.” Jojo membuka pembicaraan.

”Beda lah yang sedang jatuh cinta. Pasti mengucur lah inspirasinya.” Endra menanggapi.

”Wah nggak cerita-cerita nih.” Rangga nyengir menggoda Jojo.

”Ya udah gimana lagunya?” Rey langsung to the point.

“Nih udah gue rekam. Dipelajarin ya. Buat manggung akhir minggu ini ya. Buat gue kasih ke pujaan hati gua yang baru nih! Dia mau nonton soalnya!”

”Sombong lu!” Rey menjitak. ”Ya udah kita pelajarin ya. Buat sahabat tercinta kita ini.” Rey menambahkan.

”Lebih bagus lagi kalo nanti lu yang nyanyi, Jo, kalo gebetan lu dateng.” Rangga memberi usul.

”Ide bagus! Emang ganteng deh lu!”

Latihan hari itu cukup serius. Demi membantu Jojo mendapatkan pujaan hatinya. Masteng sang asisten membantu dengan suguhan mie goreng instantnya.

”Hah, selesai juga nih.” Jojo tersenyum puas.

”Iya bagus kok, lagu lo, Jo.” puji Rey.

”Eh, Dana hari ini diem aja. Kenapa lu?” Jojo baru menyadari.

”Gue baru putus sama Putih.”

”Lho kok bisa?” Endra spontan bertanya.

”Gue nggak ngerti juga. Akhir-akhir ini dia suka nggak ada kabar. Sampe kemaren dia mutusin gue sepihak. Katanya udah nggak cocok lagi. Katanya gue aneh, otak gue pinter tapi lemot!.” jelas Dana dengan nada emosional.

”Oh, ya memang otak kau...” mulut Endra segera ditutup oleh Jojo.

”Sabar ya brother. Masih ada kita-kita.” Rey menghibur.

“Kira-kira kenapa ya dia gitu, Ngga?” Dana bertanya ke Rangga yang dianggap paling dewasa olehnya.

”Ya gue nggak tau. mungkin emang lu yang udah nggak sempurna di mata dia.” jawab Rangga dengan nada yang sedikit aneh.

”Yah, nggak usah dipikirin dulu, Dan. Nanti coba kita tanya lagi sama si Putih aja. Si Veni kan lumayan deket juga sama dia.” hibur Rey.

”Iya, makasih ya semua.”

Hari itu di akhiri dengan suasana sendu Dana. Tapi sahabat-sahabatnya siap menghibur, lengkap dengan masteng.

SEPULUH

Endra sang Pangeran Samosir!

Endra hari ini bersiap untuk menyatakan cinta untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia sudah yakin dengan yang dia pilih saat ini. Lani nama wanita yang berhasil menjerat hati biri-biri laut ini.

”Oke! Siap menuju pertempuran!” Endra bersemangat dengan dandanan maksimumnya disertai harum parfum khas Samosir andalannya.

Hari itu dia ditemani Rey dan Jojo menuju tempat biasa Lani ada. Soto Daging ala Perancis[10].

”Lo yakin dia sering disini?” Rey ragu dengan Endra.

”Lagian lo udah janjian belom sama dia.” Jojo menambahkan.

”Udah tenang aja. Semua terkendali.” Endra dengan pede menjawab.

”Eh, Lani tuh cewek kan?” Jojo nyeletuk.

”Iya lah keparat kau!”

”Ya siapa tau ternyata gosip bahwa perilaku seks lu menyimpang itu bener.” kata Jojo. Rey tertawa puas.

Benar saja. Lani datang tepat 10 menit setelah mereka bertiga datang. Wanita berpostur kurus tinggi. Sangat cantik jika dibandingkan dengan paras Endra yang hampir mirip makhluk halus.

”Oke, sekarang lu siapin kata-kata lu ya. Kalo ada apa-apa bilang aja sama kita.” Rey memberi petuah terakhir sebelum Endra menuju ke medan perang.

Endra menuju tempat Lani duduk. Menyapa dengan ramah dan dibalas dengan senyuman Lani.

”Lani, aku pengen ngomong sedikit sama kamu.” Endra memulai proses awal pernyataan cintanya

”Iya, ada apa ya?”

”Aku sayang sama kamu, mau nggak kamu jadi pacar aku?”

”Sebentar ya mas. Anda ini siapa ya?”

Jreng! Ternyata Endra mendapatkan tanggapan yang lebih parah dari ”hanya” ditolak oleh Lani. Tapi ternyata untuk sekedar sudah mengenal Endra saja tidak Endra dapatkan. Endra langsung meminta maaf kepada Lani dan meninggalkannya pergi. Dua temannya Jojo dan Rey berusaha menghibur. Ternyata memang makhluk bernama Endra ini tidak mengenal teori pedekate dalam hal menyatakan cinta kepada wanita.

”Ya jelas aja lu ditolak bego.” kata Rey sambil merangkul pundak Endra.

”Dimana-mana kalo mau nembak cewek tuh pedekate dulu kalo udah dapet tanda-tanda bakal diterima baru deh ditembak. Lu malah main sosor ajee.” Jojo menambahkan.

”Oh gitu ya.”

”Pusing deh gue.”

Untung Endra sudah cukup tahan banting dalam hal percintaan. Pengalaman ditolaknya lebih sering dibanding teman-temannya yang lain. Tapi semangatnya masih tetap ada. Bukan Endra si Pangeran Samosir kalo begitu saja sudah menyerah.

”Oke, sebelum kita pulang gue mau nanya. Siapa nih yang kentut? Bau banget. Mana baunya mirip sayur basi gini.” ujar Jojo.

SEBELAS

Akhirnya

Cafe Linggos kembali ramai seperti biasa. Red sudah cukup terkenal di Cafe itu. Jojo tampak paling antusias. Dana sudah lumayan dapat menghibur diri. Rey bersama Veni sudah berada di Linggos dari sebelum semua temannya sampai agar sempat pacaran dulu. Rangga kali ini datang sendiri, dan Endra seperti biasa hanya bisa bercengkerama dengan sang menejer banci, Mas Bary, setelah ditolak untuk kesekian kalinya oleh wanita.

”Hai, Jo! Manggungnya kapan?” sapa seseorang yang ditunggu-tunggu Jojo. Tita datang dengan dandannan khasnya. Kaus oblong dengan jaket dan celana jeans. Si gadis rock n’ roll ini siap menyemangati Jojo dari tempat penonton.

”Manggung sepuluh menita lagi paling.Eh, Ta, nanti gue mau nyanyiin lagu baru nih. Lo dengerin baik-baik lagunya ya!”

”Lagu baru? Wah buat siapa tuh? Hahaha. Ya udah nanti gue dengerin deh ya.”

Sepuluh menit kemudian Red bersiap menyanyikan beberapa lagu. Seperti biasa Rey membuka penampilan dengan percakapannya bersama para penonton. Jojo hari ini seperti menjanjikan spirit tersendiri, walau disekitarnya terdapat aura-aura galau yang kuat terpancar dari diri Dana dan Endra. Lagu pertama bergulir. Red tetap berhasil memukau penonton yang ada. Jojo memainkan gitar sambil memandang Tita. Terlihat Tita yang didatangi beberapa teman-temannya disana, ada tiga orang perempuan yang memang biasa bermain dengan Tita di kampus, dan dua orang laki-laki. Tita tersenyum saat mengetahui Jojo melihat dirinya dan dibalas dengan senyuman juga oleh Tita.

”Yak, lagu terakhir kami akan dinyanyikan oleh gitaris kami. Jojo. Ini lagu baru kita. Mudah-mudahan semua suka sama lagu dan suara Jojo ya.” seru Rey sebelum lagu terakhir dipersembahkan.

”Iya, makasih nih sambutannya, Rey. Lagu ini cocok banget buat yang lagi jatuh cinta nih. Oh, iya. Makasih buat temen gue yang mau dateng nonton.”

Lagu pun dimulai. Jojo memulai dengan penghayatan yang maksimal. Matanya melihat Tita yang sedang bercakap-cakap dengan teman-temannya sambil sesekali melihat dan mendengar Jojo.

Akhirnya

terdiam ku dalam resah sunyinya malam

terasa akhirnya akhir semua kata

terjatuh ku dalam hangat yang kau berikan

akhirnya semua tertuju di satu nama

karena kau lah wanita yang kuinginkan yang ku impikan

dapatkah kau merasakan bahasa cinta yang ku sampaikan

terpana ku rasakan saat pertama kau ku sapa

tak kuasa ku menahan perasaan yang ada

tak akan bisa, aku membohongi apa yang kurasakan

aku kan berusaha mendapatkan apa yang ku cinta!!!

terasa akhirnya aku telah jatuh cinta

Lagu berakhir dengan sempurna. Penonton memberi penghargaan berupa tepuk tangan yang meriah untuk Jojo. Untuk pertama kalinya Jojo bernyanyi sebagai lead vocal di depan umum. Jojo berharap Tita mengerti. Mengerti bahwa lagu yang dibuat dan dinyanyikannya barusan adalah untuk dia. Wanita yang membuatnya jatuh cinta setelah sekian lama tidak mengalaminya.

”Wow. Bravo, Jo. Cucok deh gue sama suara you. Keyeeen banget gitu loh!” Mas Bary orang pertama yang menyambut Jojo di belakang panggung dengan gaya khas lelaki jadi-jadiannya. Bukan sebuah sambutan yang diinginkan oleh Jojo.

”Keren juga suara lu, Jo.” Dana memuji. ”Iya, posisi gue bisa kegeser nih. Hehe.” Rey menambahkan. ”Iya keren keren keren.” Rangga tidak ketinggalan memuji.

”Makasih ya my pren. Semua.”ujar Jojo.

”Eh, kau samperin lah wanitamu itu!” seru Endra sambil menunjuk Tita.

Jojo langsung menuju tempat Tita. Berharap Tita sedikit merasakan apa yang dia sampaikan melalui lagu itu.

”Hei, Ta. Gimana tadi?” Jojo menyapa Tita yang sedang bercengkrama dengan teman-temannya.

”Oh, Jojo. Keren banget kok tadi, Jo.”

”Makasih ya. Hehehe. Makasih juga udah mau dateng ya.”

”Eh, Jo. Kenalin nih temen-temen gue. Itu yang tiga cewe berisik. Namanya Nia, Reni, sama Tia.”

”Hai!” tiga wanita centil itu menyapa Jojo.

”Hai juga, Jojo.” sapa Jojo sambil menyodorkan tangannya.

”Nah yang cowok kurus gue itu, adik gue, namnya Ino.” Tita mengenalkan adiknya yang juga langsung berjabat tangan dengan Jojo.

”Nah, kalo yang keren ini. Tunangan gue.” Tita mengenalkan seseorang yang diluar dugaan Jojo. Pikiran Jojo seketika kacau. Suara petir menyambar-nyambar dan hatinya berkecamuk bagai ombak laut pantai selatan di otaknya[11].

”Oh, hai. Selamat ya.” ucap Jojo sambil menahan ekspresi kecewanya.

”Makasih ya. Hehehe. Doain aja cepet nikah nih.” balas Tita tanpa mengetahui bahwa hati Jojo sudah berserekan.

”Oke, gue kebelakang lagi ya. Nggak enak sama temen-temen lagi pada beres-beres.”

Jojo kembali menuju kebelakang panggung. Langkahnya menjadi berat dan lunglai. Jika dilihat dari jauh akan lebih dramatis jika diberi soundtrack diantara kaliannya d’masiv.

”Weh! Ini dia pejuang cinta kita! Gimana, Jo?” sambut Rey. ”Makin oke deh pasti.” tambah Dana.

”Nggak, gue malah makin ancur.”

“Lho kenapa?” Rangga penasaran.

“Dia udah tunangan. Dan laki-laki yang keteknya basah disebelahnya itu tunangannya.”

DUA BELAS

Renofasi Hati

Endra dan Rey masih mecoba menghibur Jojo yang akhir-akhir ini kesehariannya hanya dihabiskan bengong di kos-kosannya karena hatinya masih perlu direnofasi karena terkena badai prahara cinta yang bernama badai Pertunangan Tita.

“Jo, nonton film yuk? Lagi seru-seri tuh.” Rey mencoba menawarkan solusi.

“Nggak ah, males.”

“Apa kita nonton saja film india? Siang-siang gini banyak film India bagus lah.” Endra juga mencoba menghibur, walaupun solusinya jelas-jelas ditolak Jojo dan Rey.

“Nit nit..nit nit..” suara ring tone sms Rey, Jojo, dan Endra berbunyi.

“Hei teman-teman. Kita ada manggung nih malem ini. Bagus banget buat prospek kita. Honor juga gede. Udah gue setujuin nih terlanjur, latian yee sore ini di Studio Pak Bostaf.” begitu isi sms Rangga.

”Ini keparat satu lagi nggak ngerti situasi banget sih. Dasar nggak bisa liat honor gede.” Rey ngedumel.

”Biar nanti aku lah yang kasih tau dia.” kata Endra dengan logat bataknya yang kental.

”Iya gue nggak mood parah. Tolong bilangin ke Rangga ya.” Kata Jojo. ”Iya gue juga nggak bisa. Tiba-tiba banget nih. Besok gue ada ujian di kampus, jadi bener-bener nggak bisa.” Rey menambahkan.

”Ya udah nanti lah ku beri tahu dia.”

”Makasih, Ndra.” kata Jojo dan Rey.

”Kalau begitu aku berangkat sekarang saja ke sana.” ujar Endra.

”Gue juga cabut dulu deh ya, Jo. Gue tau obat yang paling mujarab buat lu! Nih.” Rey pamit sambil memberikan sebuah gitar pada Jojo.

“Bikin lah satu atau dua lagu buat Red. Lo salah satu musisi terkeren yang pernah gue kenal kok, Jo. Pasti jadinya keren.” ujar Rey sekali lagi sambil tersenyum. Jojo memegang gitar yang diberikan, kemudian merangkul Rey dan Endra. ”Lo berdua emang sahabat terbaik dan terkeren yang pernah gue punya.” Jojo menekankan kalimatnya pada kata-kata terbaik dan terkeren. ”Dana tidak kau lupakan kan?” Endra mengingatkan. ”Oh, iya makhluk aneh yang satu itu nyaris lupa.” Jojo mulai bisa bercanda.

”Hahaha. Eh gue lupa mau kasih tau ke kelian berdua.” kata Rey. ”Kita sudah disiapin konser launching album sama Pak Bostaf sekitar dua bulan lagi. Jadi yang semangat ya kawan-kawan! Dana nanti gue kabarin.”

Rey dan Endra pun pergi. Jojo melihat dua sahabatnya pergi dari jendela sambil memegang gitar. Jojo pun memulai memainkan gitarnya. Satu demi satu nada dan musik tercipta. Satu buah lagu pun berhasil tercipta untuk menyalurkan hati Jojo.

untuk mencintai kamu

dalam kesendirianku

slalu mencoba tuk temukan

sedikit celah cahaya

yang kan terangi wajahku

dan kluarkan aku dari gelap hidupku

slalu mencoba tuk lakukan

untuk slalu ingat dirimu

untuk mencintai kamu

dan tak ingin melupakanmu

dan keluarkan aku dari gelap hidupku

akankah aku

kan slalu didalam hatimu

yangkan terangi hidupku

mungkinkah aku

kan slalu ada disampingmu

yang kan warani hari dalam hidupku

***

Studio Melodi Cinta di sore hari. Rangga terlihat sedang bersama teman-temannya. Endra dan Dana terlihat baru tiba untuk menemui Rangga.

”Eh, Dan! Ndra! Yuk kita langsung latian aja.” sambut Rangga.

”Emang kita jadi main?” Dana menjawab sambutan Rangga.

”Jadi lah. Bisa kacau nih Red kalau nggak jadi.”

”Tapi kan, Rey sama Jojo nggak bisa, Ngga.” Dana berargumentasi.

”Gue udah tau kok. Manggung yang sekarang tuh bener-bener harus dicoba tau.” kata Rangga dengan nada menasehati.

”Bagaimana menurut lu, Ndra?” Dana berpaling ke Endra.

”Kalau begitu biar aku bilang sama Rey dan Jojo.” Endra memberi jawaban. Dana pun setuju.

”Nggak usah. Nanti jadinya pasti repot. Lagian mereka pasti juga seneng kan kalo bandnya lebih meningkat.” ujar Rangga.

”Memang dimana lah kita akan manggung?” Endra masih ragu.

”Kita tuh manggung di MU Caffe lho! Dan itu akan disiarin diradio! Sayang banget kan kalo dibiarin aja?”

”Iya sih, gua ikut kau saja lah.”

”Tapi....” Dana mencoba menyela pembicaraan. ”Udah lah, nanti biar gue yang ngomong sama Jojo dan Rey. Oke?” Rangga merangkul Endra dan Dana.

Mereka pun latihan seperti biasa. Tapi terasa berbeda bagi Endra dan Dana. Terasa aneh jika yang mengatur ritme gitar bukan Jojo dan terasa janggal jika yang menyanyikan lagu-lagu Red bukan Rey. Dua orang aditional player ini adalah teman-teman Rangga. Cukup mempunyai skill, tapi tetap terasa aneh dan janggal.

***

Acara yang diisi Red malam itu cukup bagus. Walaupun sedikit kacau karena terdapat perbedaan personil. Endra dan Dana pun pulang setelah membereskan peralatannya masing-masing dan mengambil honor. Meninggalkan Rangga dan teman-temannya yang sedang berbagi honor yang cukup besar itu.

”Gue ngerasa ini salah deh.” Dana berbicara kepada Endra yang berada disebelahnya.

”Yah, mudah-mudahan benar lah kata Rangga. Ini buat kepentingan Red juga.”

TIGA BELAS

Patah Hati, Sakit Hati, Main Hati..

Masih tenggelam di dalam kekecewaannya, Jojo berjalan sendirian di kampusnya dengan sedikit lunglai. Terlihat seperti singa laut sirkus yang kecewa berat karena popularitasnya memudar di dunia hiburan setelah dikalahkan dengan telak oleh makhluk spons kotak kuning dan bintang laut yang sama-sama berotak sedikit bernama Spongebob dan Patrick.

Sempat melewati Warung SLS lagi tapi Jojo hanya menyapa Pak Botak tanpa berniat untuk mampir. Pak Botak cukup khawatir dengan keadaan Jojo karena tersebar gosip yang aneh-aneh yang disebabkan Rey yang mencoba megklarifikasi keadaan Jojo yang suram ke teman-teman sekelas Jojo di kampus agar Jojo dapat dimaklumi jika dia akan lebih terlihat seperti batu kali berjalan dalam dua minggu ke depan. Begini jalan informasi yang tersebar dikhalayak.

Rey ke Heri : ”Si Jojo habis patah hati. Kemaren dia jatuh cinta sama senior lu, gue nggak mau kasih tau namanya. Tapi ternyata senior lu itu udah tunangan pas Jojo lagi mau nembak. ”

Heri ke Susan : ”Si Jojo habis patah hati gara-gara senior kita yang dia suka udah tunangan. Katanya dia malah mau nembak tunangannya pake pistol saking kecewanya.”

Susan ke Intan : ”Si Jojo habis patah hati. Kemarin dia jatuh cinta sama tunangan senior kita. Katanya dia hampir ditembak senior kita itu pake pistol terus mau ditusuk-tusuk pake golok. Dasar kurap gila tuh anak.”

Intan ke Rusli : ”Si Jojo habis patah hati gara-gara nyoba ngerebut tunangan senior kita. Udah gila kali ya? Udah gitu dia hampir aja ditembak sama dibacok senior kita itu. Kabarnya Jojo sekarang juga kena penyakit kurap. Kesian juga ya?”

Rusli ke Pak Botak : ”Jojo habis patah apa ya? Patah hati apa patah tulang saya lupa. Katanya gara-gara mau ngerebut tunangan senior saya. Katanya tunangan senior saya marah-marah terus Jojo ditembak pake pistol sama dibacok pake golok sampe kena penyakit kurap kronis. Tapi saya masih bingung. Apa kalo ditembak pake pistol terus dibacok pake golok bisa jadi kena penyakit kurap kronis ya?”

Begitulah informasi yang didapat Pak Botak. Melihat Jojo yang sekarang sering sendirian Pak Botak hanya bisa iba, apalagi mendengar informasi menyeramkan mengenai keadaan Jojo.

Siang itu Dana berjani mengunjungi Jojo di kos-kosannya. Jojo pun segera pulang. Ternyata Dana udah menunggu di depan kos Jojo.

”Ada apa, Dan?” tanya Jojo sambil mempersilahkan Dana masuk ke dalam kamar kosnya.

”Gue lagi kacau nih. Sori gue suntuk malah ke tempat lu yang lagi suram juga. Rey sama Endra lagi sibuk soalnya.”

”Yah santai aja kali. Dinikmati aja berdua juga bisa kan? Hehehe. Ada apa emang?”

”Dewi kemarin telepon gue.”

”Hah? Dewi? Pacarnya si Rangga?”

”Mantan pacarnya mungkin lebih tepatnya.”

”Waduh!? Gue udah ketinggalan banyak cerita nih kayanya.” ujar Jojo kaget.

”Bukan lu yang ketinggalan cerita. Tapi emang baru beberapa hari lalu mereka putus. Dan yang lebih parah dan bikin gue sakit hati....”

”Hah? Bikin lu sakit hati??” Jojo sedikit menyela pembicaraan.

”Iya, jadi ternyata Rangga jadian lagi kemaren.”

”Hah? Cepet amat tuh kampret cari pacar! Gue aja susah payah nggak dapet-dapet. Beda deh emang kalo muka udah ganteng, beda sama kaya kita yang kurang mirip manusia wajar.”

”Dengerin gue dulu, Jo. Rangga jadiannya sama mantan gue. Si Putih. Gue dikasih tau langsung dari Dewi. Rey juga katanya pernah cerita sama Dewi kalo dia pernah liat Rangga jalan sama cewek lain waktu dulu mereka masih jadian. Lo tau Rangga jalan sama siapa waktu itu?”

”Hah???! Jangan bilang si Putih juga?”

”Iya, Jo.” Dana menjawab dengan ekspresi menahan sakit di dalam hatinya.

”Fak meeen.”

EMPAT BELAS

Perpecahan

Rey mengetahui permasalahan yang ada di dalam Red. Rey juga baru tahu kalau Red ternyata tetap manggung walau tanpa dia dan Jojo dari temannya yang mendengar nama Red and The Accusticcian tampil lewat radio namun terdengar aneh karena vokalisnya berbeda. Rey sakit hati mengetahui hal ini. Dia langsung mengirimkan pesan singkat kepada Pak Bostaf untuk mengundurkan diri. Teman-temannya yang lain belum mengatuhia pengunduran diri Rey sebelum semuanya dipanggil Pak Bostaf siang ini.

Semua berkumpul di kantor Pak Bostaf. Terlihat semua hadir lengkap dengan Mas Bary. Dana yang memendam sakit hati dengan Rangga pun tetap hadir menyimpan perasaannya demi Red. Namun Rey tidak tampak ada.

”Saya mau tahu ada apa dengan kalian? Kenapa Rey bisa kecewa dan mengundurkan diri?” Pak Bostaf bertanya dengan nada yang tegas. Semua terdiam tidak ada yang bisa memulai berbicara.

”Kalian semua sudah dewasa. Sudah bisa menyelesaikan masalah kalian sendiri. Ingat peluncuran album kalian sudah tinggal satu bulan lagi. Ini demi masa depan kalian. Sangat disayangkan kalau kalian menghancurkan masa depan kalian dengan cara seperti ini.” Pak Bostaf menasehati.

”Saya mau kalian berkumpul sekali lagi. Selesaikan masalah kalian.” Pak Bostaf menyarankan.

Semua keluar kantor Pak Bostaf dengan terdiam. Sesudah semua berada diluar halaman kantor, Jojo jadi yang pertama berbicara. ”Gue tau Rey tiba-tiba emosi gitu kenapa. Gue juga kecewa sebenernya. Tapi lebih baik kita ketemu besok di Linggos. Rey nanti biar gue bujuk untuk dateng juga.” Jojo berbicara dengan menekankan kata kecewa.

”Ini semua gara-gara elu! Bangsat!” Dana mencoba memukul Rangga namun berhasil ditahan oleh Endra dan Jojo.

”Udah lah. Besok aja kita selesaikan.” Endra menenangkan Dana.

Semua pergi, Jojo lebih dulu meninggalkan tempat itu. Disusul oleh Rangga. Kemudian Dana yang masih berusaha menahan emosinya sambil ditemani Endra yang baru tahu konflik apa yang terjadi antara Dana dengan Rangga.

LIMA BELAS

Last Confersation

Pagi hari di pojok Cafe Linggos yang sama saat pertama kali Red akan tampil di Cafe ini berkumpul lima orang. Bukan satu band lagi, tapi hanya sekedar lima orang. Semua masih diam sejak semua berkumpul.

”Gue mau ngomong duluan aja. Gue kecewa sama lo dan lo.” Rey langsung mengutarakan kekecewaannya sambil menunjuk Endra dan Dana.

”Gua nggak nyangka kalo kalian berdua berani kaya gitu dibelakang gua. Buat apa kita bersahabat bertahun-tahun?” tambah Rey.

”Sori banget Rey, gua tak maksud lah membuat kau marah.”Endra meminta maaf.

”Tapi tetep nggak bisa segampang itu lah, Ndra.” Rey menanggapi dengan emosi.

”Lo juga Rey yang malah nggak bisa mentingin kemajuan Red. Kuliah kan bisa di tunda sebentar. Lo juga, Jo. Lebih mentingin perasaan lu waktu itu. Gue tau lo lagi sakit hati, tapi nggak bisa gitu dong.” ujar Rangga mencoba membela Endra.

”Kalo kuliah gua gagal lu mau bayarin kuliah gua, hah? Nggak usah nyalahin Jojo deh. Dia taunya emang waktu itu kita nggak jadi tampil karena tau gue jelas nggak bisa gara-gara ujian. Dia bukan tipe orang yang mentingin diri sendiri.” ujar Rey melawan argumentasi Rangga. ”Gue tau lo yang sebenernya pengaruhin Dana sama Endra buat tetep ikut tampil waktu itu, walaupun gue tetep kecewa sama Dana, Endra. Rangga, lo tuh orientasinya bukan kemajuan Red, tapi lebih gara-gara uang kalo kaya gitu.”

”Sok tau lo, Rey! Gue kemaren tuh setujuin proposal main tanpa lo tuh gara-gara prospeknya bagus. Itu tuh disiarin lewat radio.” Rangga berkelit.

”Prospek bagus apa? Lo tau nggak apa tanggapan orang yang udah jadi pendengar kita kemaren? Red jadi aneh! Lagian apa kata orang kalo ngeliat Red yang masih mau tampil walaupun personilnya kurang lengkap. Apa lagi gue vokalisnya! Contoh dong band besar kaya Ungu misalnya, waktu Pasha lagi nggak bisa ikut Ungu manggung. Bukan berarti Ungu tetep setuju tampil walaupun itu bisa nyalahin perjanjian. Mereka nggak mau tetep tampil terus khianatin temennya Pasha. Ungu tanpa Pasha ya bukan Ungu kata si Enda gitarisnya. Kapan band kita kaya gitu? Lagian gua bikin lagu terus ada yang bawain lagu gua dan disiarin tanpa sepengetahuan gua emang nggak sakit hati? Gue yakin Jojo juga pasti nggak suka lagunya dibawain sembarangan gitu.” Rangga menjelaskan.

”Belagu amat lu. Bikin lagu kaya gitu doang paling lima menit jadi.” Rangga berbicara sinis.

”Tai! Coba lu buat! Lima menit gue itungin!” Jojo tersulut emosinya.

”Tunggu dulu dong...” Rangga mulai berkelit lagi.

”Coba bikin!” Jojo mulai berteriak.

”Ya bentar dulu, dengerin dulu!”

”COBA BIKIN!” Rey juga tidak bisa menahan emosinya. ”Dasar, musisi biasa-biasa aja udah belagu lu.” Rey mulai membalas penghinaan Rangga.

Rangga berdiri sambil menunjuk muka Rey dan Jojo menahan emosi. Lalu dia berjalan mejauhi mereka. ”Oy, Rangga!” Jojo memanggil. ”Pergi sana yang jauh!” Rey menambahkan.

Endra dan Dana hanya menyimak pertengkaran barusan. Keduanya terdiam. mereka tau kalau mereka salah.

”Liat tuh orang yang nggak bisa nyelesein masalah. Pengecut. Gue tuh marah terus sampe mengundurkan diri gitu supaya lu semua sadar. Salah lu semua dimana. Dana, Endra, lu tuh harusnya nggak kaya kemaren itu, Jojo lu juga jangan keseringan diem aja. Coba sifat lu yang suka diem-diem aja diubah lebih terbuka sama lebih care sama band kita. Gua juga nggak mungkin nggak ada salah. Kasih tau gue langsung kalo gue salah sesuatu. Yang jelas nggak mungkin lah gue ninggalin lo semua. Gua udah anggep kalian tuh sodara. Gue sayang lo semua. Beda sama orang tadi.” Rangga mengutarakan pendapatnya.

”Gue sama Endra mau minta maaf sekali lagi ke lo berdua. Maaf banget. Kita nggak bermaksud nyakitin hati kalian atau khianatin kalian.” Dana merendahkan diri.

”Gua juga minta maaf ke lo semua.” Jojo menambahkan.

”Ya udah, gue juga minta maaf kalo gue ada salah. Sekarang masalah kita udah gue anggep selesai ya.” Rey mulai menurunkan nada bicaranya.

”Kita harus tetep jalanin band ini. Nggak boleh berhenti disini aja. Gue bangga bisa jadi temen kalian, sahabat kalian, rekan kalian. Kalian ini orang-orang hebat. Calon orang-orang sukses. Gue yakin Red and The Accusticcian ini bisa sukses juga.” ujar Jojo.

Ini menjadi akhir pembicaraan empat sahabat ini dengan Rangga. Rangga memang menjadi biang keladi dari semua masalah yang ada. Tapi, mereka juga harus berterimakasih kepada Rangga juga. dengan adanya masalah ini semua menjadi lebih solid.

Masalah selesai. Rey berjanji yang akan bicara menceritakan semuanya kepada Pak Bostaf dan Mas Bary. Konser peluncuran album bisa dilaksanakan lebih fokus, dan akhirnya semua saling merangkul bahu sahabatnya dan kembali tertawa.

”Eh, bentar. Siapa nih yang kentut?” Jojo menyadari bau sayur busuk yang menyengat.

ENAM BELAS

Red and The Accousticcian

Seminggu sebelum konser peluncuran semua personil Red sudah menyiapkan banyak latihan. Pak Bostaf dan Mas Bary pun bekerja dengan keras menyiapkan acara yang meriah untuk konser ini. Meyiapkan satasiun tv untuk menyiarkan, mengundang band besar untuk memeriahkan, dan mengatur venue yang megah.

Pak Bostaf memanggil semua personil Red untuk meeting. Kali ini lebih solid. Rey yang sudah kembali bersemangat, Endra yang tetap ceria, Dana dan Jojo yang sudah kembali dari masa-masa kecewanya, dan Mas Bary yang masih tetap banci.

”Saya mau ucapkan selamat kesemuanya. Konser peluncuran album kalian sudah pasti terlaksana.” Pak Bostaf membuka pembicaraan.

”Makasih komandan!!” Endra berterimakasih dengan gaya khasnya.

”Saya kali ini cuma mau memberitahu bintang tamu yang akan tampil saat acara kalian sudah ada. Jojo pasti paling seneng nih.” Pak Bostaf tersenyum kepada Jojo.

”Hah? Siapa, Pak? Jangan bilang Kotak? Pak??” Jojo antusias.

”Hehehe iya, Jo.”

”Wah!! Beneran kau gebet tidak tuh si Tantri??”Endra ikut antusias.

”Liat aja nanti meeen..hehehe” Jojo pede.

***

Tepat di hari konser Red and The Accousticcian. Semua sudah bersiap melakukan debut konser besar pertamanya. Jojo sampai terbangun terlalu pagi karena sangat antusias. Kemarin dia sudah sempat bertemu dengan Tantri sang vokalis Kotak idolanya.

Malamnya juga Jojo menjadi yang pertama sampai di lokasi konser. Dia jadi sedikit lebih terlihat seperti kuda nil yang kebelet kawin.

”Hai, Jojo kan? Siap ya nanti!” ternyata Tantri dan personil Kotak lainnya sudah tiba dan menyapa Jojo. Lutut Jojo lemas melihat Tantri menyapanya tiba-tiba.

”Ah, Iya.” Jojo menjawab sekenanya.

Beberapa jam kemudian, konser pun dimulai. Kamera ada dimana-mana. Lagu-lagu mulai dimainkan. Rey menyanyikan semua lagunya dengan sempurna. Red pun diberi kesempatan untuk berduet dengan Kotak. Semua terlihat antusias. Rey memberikan kesempatan Jojo untuk bernyanyi lebih banyak agar bisa berduet dengan Tantri.

Malam yang mengeseankan buat semua. Diawali dengan sempurna dan diakhiri dengan sempurna. Rey, Jojo, Dana, dan Endra sudah tampil dengan maksimal. Penonton juga memberikan tanggapan yang bagus. Di belakang panggung semua merayakan keberhasilan konsernya.

”You semua keren bangiet deh ah!” Mas Bary menyelamati sambil kembali memegang dagu masing-masing personil.

”Dasar bencong kau!” Endra tidak sudi dilecehkan banci kaleng macam Mas Bary itu.

”Eh, Jojo mana?” Dana menyadari hawa kehidupan Jojo tidak ada disekitarnya.

”Ah, gue tau! Ayo ikut gua semua!” Rey memberi ide.

Semua berlari mengikuti Rey. Ternyata menuju ruang istirahat personil Kotak. ”Nah kan bener tuh tapir laut[12] ada disini!” Rey memergoki.

”Ah sialan lu! Semua ganggu gue aja. Gue kan lagi mau deketin Tantri.” jawab Jojo dengan pede. Tantri hanya tersenyum manis.

”Ih ke pedean banget sih youu. Dasar bencong!” Mas Bary kesal melihat tingkah Jojo.

”Ye dasar lu tuh yang bencong! Dasar keong racun!” Rey membela Jojo.

”Tembak lah, Jo!” Endra nyeletuk.

Semua berada di dalam ruang ganti Kotak. Pak Bostaf pun ikutan ingin tahu apa yang terjadi. Berharap akan ada sesi foto dan dia akan di tag di facebook. Jojo mulai beraksi. Semua melingkar melihat Jojo yang mencoba merayu Tantri sang rocker.

”Tantri, gue suka banget sama lu. Mau nggak jadian sama gua?” Jojo nekat.

”Uhuuuuy!” Rey berteriak menggoda.

”Sakit jiwa. Beneran ditembak.” Dana tidak percaya akan pemandangan yang dilihatnya.

”Gini lho, Jo.” Tantri memulai menjawab.

”Gue ini nggak mungkin nerima lu nih, karena gue udah punya pacar. Terus gue mau tanya. Ini bau kentut siapa ya naunya mirip banget sayur basi??”

Sekian..

Tentang penulis

Penulis adalah mahasiswa di Universitas Multimedia Nusantara jurusan jurnalistik. Novel ini adalah novel pertama yang ditulis. Sebelumnya untuk mengasah kemampuan menulisnya karena kuliah di jurusan jurnal, penulis membiasakan diri dengan menulis di blog dan mini blog (twitter). Karyanya kebanyakan hanya berupa cerita hariannya dan lirik-lirik lagu ciptaannya.

Sebuah cerita perjalanan dari persahabatan biasa untuk mencapai cita-cita yang luar biasa




[1] Marga yang dianggap keturunan raja. Berasal dari Pulau Samosir.

[2] Lupa gue molusca tuh apaan. Biologi gue dulu nilainya 5.

[3] Bukan, bukan si putih anjingnya shinchan.

[4] Atau bisa disebut kembang-kempis.

[5] Bostaf...nama yang aneh. Terdengar agresif. Udah nggak ada ide lagi soalnya! Hehe.

[6] Iya ke kosnya, kalo dianter ke rumahnya selain jauh, pasti nanti dimarahi ayahnya karena sudah dini hari. Footnote nggak penting.

[7] Selingkuhan istrinya bukan selingkuhan suaminya.

[8] Ekspresi Tita bukan Pak Botak.

[9] Emang ada ya kelenjar hiposintesis?

[10] Soto daging ala Perancis ini hanya fiktif.. mungkin...

[11] Oke ini agak lebay.

[12] Tapir laut sebenernya ada apa nggak sih?

2 komentar:

  1. Safaaaaaa! Hahahahahaha. Gue komen dari LiveJournal nih. Okay, comment:

    1. Lawakan lo tuh ya, wkwkwkwk. Keong racun. Kuda nil laut. Wkwkwkwk.
    2. Kok gue agak familiar ya sama karakterisasinya... :p
    3. Favorit gue Dana (karena dia mimpi basah di adegan pembuka. Ga deng. Eh tapi bener favorit gue dia, kocak.)
    4. Jiee based on Ungu case. Hahaha. Anak band apa deh gue ga ngerti.
    5. Ini buat tugas kan? Dapet berapa nilainya? Cuma pengen tau, ga mau ngasi tau juga gapapa.

    Oiya, tulisan gue, um. Haha, ga ada adegan explicit gayness kok, lo anggep tokoh satunya cewek juga bisa. Wkwkwkwk. Ini fanfiction sih, dari TV show 'Merlin' (yg kayanya lo juga ga tau. Tapi kalo tau bagus deh.)

    Kalo mau baca:

    http://superfletch.livejournal.com/5106.html

    Tuh di LiveJournal gue. Oiya, it's in English, hehe. :p

    (OMG gue ga percaya ngeshare ke-freak-an gue sama temen di real life! Hahahaha!)

    Thanks kalo lo beneran baca, kalo ga juga gapapa. :p

    Mila.

    BalasHapus
  2. hahahaha! emang base true story gitu deeh.. tapi agak diubah-ubah..

    ini gak tau deh dapet berapa.. tapi mata kuliah ini gw dapet B. gw rasa klewat jayus jd gak nyampe A..

    oke siap santap tulisan lo!!! hahahaha!!

    BalasHapus